Kiai Misbah memulai penulisan tafsir ini pada tahun 1977 hingga 1985. Tafsir Iklil ini mempunyai sistematika dan teknik penulisan yang khas, yaitu menggunakan bahasa Jawa, beraksara Arab pegon dan makna gandul yang menjadi distingsi karya-karya ulama pesantren Jawa. Setiap ayat Al-Quran diterjemahkan secara harfiah dengan menggunakan makna
إن الله خلق نور محمد قبل الأشياء من نوره. Artinya : Sesungguhnya Allah telah mencipta Nur Muhammad sebelum segala sesuatu dari pada Nur-Nya.[6] Hadits riwayat Abdur Razzaq ini juga telah disebut oleh Ibnu Hajar al-Haitamy dalam kitab beliau, Asyraf al-Wasail ila Fahm al-Syamail [7] dan kitab al-Ni’mah al-Kubra
Artinya : Para sahabat Nabi SAW mengatakan : “Ya RAsululah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang”. Beliau menjawab : “Mungkin kalian makan sambil tercerai berai”. Mereka mengatakan : “Benar”. Beliau bersabda :“ Berkumpullah kalian pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah niscaya makan kalian akan diberkahi”.
Ada pelbagai kandungan berharga dari ayat ini. Diketemukan pelbagai penafsiran dari kalangan mufassir berkaitan kandungan surat Al-An’am ayat 121, sebagiannya seperti berikut: Janganlah kalian makan (wahai kaum muslimin) sembelihan-sembelihan yang tidak disebut nama Allah sewaktu menyembelihnya, seperti bangkai dan binatang yang disembelih
Artinya : Dari Anas bin Malik, Nabi SAW biasa memasuki rumah Ummu Sulaim dan tidur di atas kasurnya sedangkan Ummu Sulaim sedang pergi. Anas berkata: “Pada suatu hari Rasulullah SAW datang dan tidur di atas kasur Ummu Sulaim, kemudian Ummu Sulaim dipanggil dan dikatakan padanya: Ini adalah Nabi SAW tidur di rumahmu dan di atas kasurmu.
Baca Juga : Pengertian dan Ketentuan Munada. Harf Jazm yang Menjazmkan 1 Fi’il. لَمْ = tidak. لَمَّا = belum. أَلَمَّا = belumkah. أَلَمْ = tidakkah. الأَمْرِ لاَمُ lam perintah, maknanya hendaklah. النَّهْيِ لاَمُ = jangan. Harf Jawazim yang Menjazmkan 2 Fi’il.
S9o51.
lam yahtalim dan artinya